PENJELASAN
MATERI KEWIRAUSAAHAAN
SMK
NEGERI 3 PONTIANAK
MENGEVALUASI
HASIL USAHA
|
Nama : Janica Kelas : XII AK 1 E-mail : janica4school@yahoo.com |
1. Evaluasi hasil Usaha
Evaluasi
usaha atau bisnis merupakan tahap yang sangat penting di dalam manajemen usaha
atau bisnis untuk memberikan feedback atas pelaksanaan suatu kegiatan yang
telah direncanakan agar pelaksanaannya berada pada jalur yang benar.
Evaluasi
usaha yang baik adalah evaluasi yang memberikan dampak positif pada
perkembangan suatu program-program kinerja usahanya. Oleh karena itu, system
dan proses evaluasi harus mampu menjelaskan atau mengungkapkan dan memberi
gambaran tentang keberhasilan usaha atau bisnis yang sesuai dengan tujuannya.
Untuk
menilai kinerja perusahaan diperlukan alat analisis, diantaranya dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan.
2.
Analisis Rasio Keuangan
Analisis
rasio merupakan teknik atau alat pengukur prestasi perusahaan dalam hal
menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi, serta derajat
keuntungan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat
analisis. Rasio ini akan dapat menjelaskan atau menggambarkan kepada
penganalisisnya tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan pada
suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan
angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
3.
Likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, aktivitas
a. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Adapun rasio likuiditas adalah rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tujuan rasio
likuiditas atau rasio modal kerja bagi kreditur jangka pendek, bank, manajemen,
serta para kreditur jangka panjang sangatlah penting untuk menganalisis dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, untuk mengecek efektifitas
modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Adapun bagi pemegang saham atau
pemilik berguna untuk mengetahui prospek pembayar bunga di masa yang akan
datang dan dividen yang akan diterima.
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
A. Current
Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan
antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
a) Dengan utang lancar tertentu, diusahakan
untuk menambah aktiva lancar.
b) Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan
untuk mengurangi jumlah utang lancar.
c) Dengan mengurangi jumlah utang lancar
sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.
B. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio
yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva
lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
C. Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi
hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang
bersangkutan.
Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek
maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Jenis-jenis Rasio
Solvabilitas
Rasio solvabilitas antara lain :
1)
Rasio hutang modal / Debt to Equity Ratio
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana
modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan
rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio
ini disebut juga rasio leverage.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
2)
Total Asets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang
dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat
ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang
memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang
dimiliki.
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
3) Times Interest Earned
Time
interest earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan
pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan
keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
b.
Rentabilitas
Rasio ini disebut juga
sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas
suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut.
Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
a)
Gross Profit Margin ( Margin
Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus yaitu :
Gross Profit Margin = Laba kotor
Penjualan Bersih
Gross Profit Margin = Laba kotor
Penjualan Bersih
b)
Net Profit Margin (Margin Laba
Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak
Penjualan Bersih
Penjualan Bersih
c)
Earning Power of Total
investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. . Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. . Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Earning Power of Total
investment = Laba Sebelum
Pajak
Total aktiva
Total aktiva
d)
Return on Equity (Pengembalian
atas Ekuitas)
e)
Merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi
seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus yaitu :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak
Ekuitas Pemegang Saham
Return on Equity = Laba Setelah Pajak
Ekuitas Pemegang Saham
c. Aktivitas
Rasio
aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai
jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
bersambung.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar